Gerak dasar pencak silat adalah suatu gerak terencana, terarah, terkoordinasi, dan terkendali yang mempunyai empa aspek satu kesatuan, yaitu aspek mental spritual, aspek beladiri, aspek olahraga, dan aspek seni budaya. Dengan demikian, pencak silat merupakan cabang olahraga yang cukup lengkap untuk dipelajari karena memiliki empat aspek yang merupakan satu kesatuan utuh dan tidak dapat dipisah-pisahkan.
Sejarah pencak silat sebenarnya sudah ada sejak zaman manusia purba, dimana mereka berusaha mempertahankan diri dari setipa penyerang khususnya dari serangan binatang buas dan suku-suku yang ada pada zaman itu, mereka mempertahankan diri dengan naluri dan belum menggunakan akal atau teknik dan pola tertentu.
Pencak silat pada dasarnya adalah seni-beladiri, untuk mempertahankan diri dari serangan, baik itu serangan hewan atau serangan manusia yang ingin mengganggu, dalam hal ini pencak silat sudah di kembangkan dengan metode empiris dari generasi ke generasi berikutnya atau turun menurun dari guru ke murid secara langsung, terang-terangan, maupun sembunyi-sembunyi sesuai perkembangan budaya pencak silat di indonesia.
ASAL USUL PENCAK SILAT
Pencak silat berasal dari dua kata pencak dan silat, Pencak berasal dari bahasa jawa "Mencak yang artinya gerak-tingkah siap bertarung" dan silat berasal dari bahasa melayu "ilat yang berarti siasat" dan bahasa jawa kuno " sila yang berarti akhlak".
Beberapa orang mengartikan pencak sebagai sistem beladiri permainan,teori. sedang silat sebagai sistem beladiri yang sebenarnya,praktik. pendapat tersebut tidaklah benar, Dalam arti sebenarnya, pencak silat mengandung pengertian sebagai sistem beladiri permainan maupun sebenarnya, teori dan praktik sesuai keperluanya, Dengan demikian kata pencak silat mempunyai pengertian yang sama.
PRIODE SEBELUM INDONESIA MERDEKA
Pada priode sebelum indonesia merdeka, pencak silat hanya di ajarkan pada keluarga bangsawan, kaum pribumi indonesia yang kaya, para santri di pondok pesantren maupun di suraou,kerajaan dan para orang-orang pilihan yang di pilih langsung oleh para jawara zama dulu.
Banyak di ceritakan oleh tokoh atau orang tua-tua dulu, pencak silat di ajarkan secara sembunyi-sembunyi pada malam hari untuk menghindari pembubaran paksa oleh penjajah pada zaman itu, karena pada zaman itu penjajah sangat takut pada pendekar atau jawara-jawara pencak silat di nusantara, hingga akhirnya penjajah melakukan hal itu di karenakan mudahnya penjajah mengadu domba para pendekar dan jawara-jawara pada zaman itu.
terjadinya pertempuran pada zaman itu di karenakan para pendekar dan jawara sangat kesusahan dan banyak di antara mereka menyalah gunakan ilmu beladiri mereka untuk berbuat jahat seperti merampok dan menjadi centeng penjajah, walau pada zaman itu sangat susah masih banyak para pendekar dan jawara pada masa itu yang masih mencintai kerajaan dan rakyat pada masa itu, mereka tidak tega rakyat di tindas dan di perbudak, para pendekar dan jawara-jawara yang membela kebenaran itulah yang mengajarkan rakyat untuk berontak melawan penjajah, para pendekar dan jawara pada zaman itu mengajarkan rakyat seni beladiri yang sekarang kita kenal pencak silat.
PRIODE SETELAH INDONESIA MERDEKA
Pada priode ini, pencak silat sudah diakui oleh pemerintah indonesia sebagai sini-beladiri bangsa indonesia yang wajib dijaga dan dilestarikan keberadannya, Bahkan pada tanggal 18 Mei 1948 di surakarta, didirikanlah IPSI sebagai wadah bagi berbagai perguruan pencak silat untuk menyatukan dan sebagai pemersatu bagi perguruan pencak silat beserta warganya di indonesia.
Pada kongres pertama IPSI tanggal 22-23 Desember 1950 di Yogyakarta, istilah pencak silat untuk pertama kalinya masuk dalam anggaran dasar IPSI yang pertama. Disitu dinyatakan bahasa IPSI adalah singkatan dari Ikatan Pencak Silat Indoensia.
Pada tanggal 11 Maret 1980 di Jakarta. juga didirikan Organisasi Pencak Silat, yaitu persekutuan pencak silat antara bangsa, dengan akronim Persilat.
Teknik seranga manusia purba
Seni bela diri yang di ajarakan pada masyarakat untuk melawan penjajah dan latihan untuk prajurit kerajaan.